download klik di sini
download klik disini
Pendahuluan
Pada dasarnya
manusia mempunyai pandangan masing-masing hanya saja banyak yang belum terbukti
secara ilmiah. Seluruh kemampuan kemanusiaan seperti perasaan, pikiran,
pengalaman, panca indra mampu menangkap apa itu kehidupan dan mengabstraksikan
tangkapannya itu ke dalam diri dengan berbagai bentuk misalnya kebiasaan, akal,
seni, filsafat, sejarah. Pengetahuan diartikan sebagai bentuk untuk mengetahui
sesuatu. Jadi seluruh bentuk dapat di golongkan dalam bentuk pengetahuan dan
masing-masing bentuk dapat di cirikan
oleh obyek ontologi, landasan epismologi, dan landasan axiologi. Salah satu
bentuk rasa keingin tahuan adalah di tandai dengan:
1.
Obyek ontologi: tentang
sesuatu pengalaman manusia, segala wujud yang dapat dijangkau oleh panca indra
manusia. Membahas tentang yang ada yang tidak terikat oleh perwujudan tertentu.
2.
Landasan
epismologi: membicarakan cara mendapatkan pengetahuan, objek pemikiran, dan
ukuran kebenaran.
3.
Landasan
axiologi: Kegunaan pengetahuan dan cara pengetahuan menyelesaikan masalah.
Melihat dari
paparan di atas kita lihat pandangan dari beberapa filusuf yanng sanga terkenal
di antaranya :
SOCRATES
Pada masa
Socrates filsafat menitik beratkan pada manusia itu sendiri, peradaban,
kebiasaan manusia dan adapun faktor faktornya antara lain:
1.
Pada masa pra
Socrates tidak dapat menjelaskan tentang pertanyaan asal usul alam semesta dan juga tidak mampu
menjelaskan fenomena kesatuan (unity) dan kejamakan (diversity)
2.
Besarnya minat
untuk mengetahui fenomena kebudayaan dan peradaban manusia. Ini akibat dari
banyak pergaulan antara bangsa bangsa saat itu. Maka timbullah pertanyaan
pertanyaan diantaranya apakah keberagaman kebudayaan nasional dan lokal, norma
agama dan banyak.
Socrates
digambarkan oleh Alcibiades bahwa dia manusia setengah dewa atau silenus.
Aristhopanes menggambarkan manusia yang pongah. Menyangkut Sokrates dikenal
dengan apa yang dinamakan Masalah Socrates atau Problem Of Socrates, yaitu
manakah ajaran yang sebenarnya dari Socrates.
Xenophon
menggambarkan bahwa Socrates adalah ahli dalam Etika yang terkenal dan bukan
ahli logika dan metapisika sedangkan dari Plato tertangkap kesan bahwa Socrates
ahli dalam metafisika yang tiada tandingnya, dengan ajarannya tentang Forma.
Sedangkan Aristoteles tidak melihat bahwa Socrates mengajarkan tentang Forma
yang ciri khas dari Platonisme.
Socrates sebagai
filsuf berawal dari peristiwa yang dinamakan Pertobatan Socrates menyusul
Orakel Delphic sahabatnya yang bertanya pada ahli nujum apakah ada orang yang
lebih bijaksana selain dari Socrates? Jawaban ahli nujum Tidak! Socrates
merenung dari kata tidak yang diberikan ahli nujum tersebut, dan akhirnya
sampai pada kesimpulannya bahwa yang dimaksudkan dewa dengan menyebutnya
manusia paling bijak karena dia tahu bahwa dia tidak tahu apa-apa. Kemudian Dia
melihat misinya yaitu mencari kebenaran sejati dan membantu orang yang
membutuhkan bimbingannya.
AJARAN
SOCRATES
1.
Tentang definisi
atau hal-hal umum (universal) yang bersifat tetap. Menurutnya konsep universal
tetap sama. Hal–hal partikular yang berbeda tetapi konsep difinisnya tetap sama
2.
Tentang argument
induktif. Yang dikembangkan Socrates bukan berasal dari logika melainkan dari
wawancara dan dialektik. Untuk mendefinisikan sesuatu Socrates memberikan
pertanyaan-pertanyaan pada orang lain. Dialektik diawali dari definisi-definisi
yang tidak lengkap sampai akhirnya menjadi difinisi yang lengkap. Tujuan untuk
mengetahui kebenaran yang universal. Atau dari yang kurang sempurna menjadi
sempurna dan inilah yang dimaksud dengan proses induktif
3.
Tujuan Dialektik
tidak untuk mempermalukan orang lain tapi untuk memperoleh kebenaran.
Menurutnya agar bertindak benar, orang harus tahu apakah kehidupan yang baik
itu?
4.
Etika. Menyadarkan
orang-orang untuk menjaga harta yang paling berharga yaitu jiwa lewat
Kebijaksanaan dan kebajikan. Menurut Socrates pengetahuan merupakan sarana pada
tindakan Etis.
5.
Ciri Etika
Socrates adalah kebajikan dan pengetahuan. Pengetahuan dan kebajikan adalah
satu. Seseorang yang bijaksana artinya dia tahu apa yang baik dan melakukan hal
yang benar. Maka muncul yang dinamakan Intelektualisme etis pada etika Socrates
6.
Socrates
mengajarkan hanya ada satu kebajikan yaitu pengetahuan akan apa yang benar-benar
baik untuk manusia, Socrates mengatakan bahwa kebajikan dapat diajarkan.
Ciri-ciri dari Intelektulisme Etis. Kalau Dokter mempelajari tentang
obat-obatan dan orang adil yang telah mempelajari apa itu adil
7.
Agama. Socrates
mengakui adanya Allah-Allah. Pengetahuan tentang Allah itu luas atau banyak.
Terkadang Socrates juga mengakui bahwa Allah itu tunggal. Tapi Socrates tidak
memberikan perhatian yang besar terhadap masalah monoteisme dan polyteisme.
Bahwa manusia berasal dari bahan material dari alam dan akal budi secara
universal
Melihat dari
segi pandang ajaran Socrates jelas pengetahuan manusia di dapat dari proses
wawancara untuk mengetahui kebenaran yang universal dengan tidak untuk
mengecilkan orang lain dan menyadarkan agar senantiasa menjaga harta yang
sangat berharga yaitu jiwa melalui kebajikan dan kebijaksanaan. Bijaksana
artinya seseorang tahu kebaikan dan melaksanakan kebenaran. Pengetahuan dan
kebajikan adalah satu, seseorang dapat belajar tentang kebajikan artinya
kebajikan dapat diajarkan. Socrates tidak anti Tuhan, dia mengakui ke Esaan
pencipta hanya saja tidak memberikan perhatian terlalu besar terhadap aliran
monoteisme dan polyteisme
Auguste
Comte
Positivisme
Pada dasarnya
positivisme adalah sebuah filsafat yang meyakini bahwa satu-satunya pengetahuan
yang benar adalah yang berdasarkan pengalaman aktual fisikal. Pengetahuan yang
demikian bisa di dapat dari hasil melalui penetapan teori-teori melalui metode
saintifik yang ketat yang karenanya spekulasi metafisis dihindari.
Positivisme
diperkenalkan oleh Auguste Comte yang tertuang dalam karyanya Cours de
Philosophic Positive. Dan karya lainnya adalah Discours L’esprit Positive.
Dalam karya inilah Comte menguraikan pendapat-pendapat positivisme, hukum tiga
tahap, klasifikasi ilmu-ilmu pengetahuan, dan bagan mengenai tatanan kemajuan.
Comte meyakini
bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam, maka untuk memperoleh pengetahuan
tentang masyarakat menuntut pengetahuan metode-metode penelitian empiris dari
ilmu-ilmu alam lainnya. Comte melihat perkembangan ilmu tentang masyarakat yang
bersifat alamiah sebagai puncak suatu proses kemajuan intelektul yang logis
yang dilewati oleh ilmu-ilmu lainnya. Kemajuan ini mencakup perkembangan dari
berbagaib bentuk pemikiran teologi purba, penjelasan mengenai metafisik, yang
akhirnya sampai terbentuk hukum-hukum ilmiah yang positif.
Menurut Comte
metode penelitian yang harus digunakan dalam proses keilmuan adalah observasi,
eksperimen, dan komparasi. Yang terakhir ini digunakan untuk melihat hal-hal
yang lebih komplek, seperti biologi dan sosiologi. Berkaitan dengan sosial
asumsi Comte berkonsentrasi pada tiga hal yaitu pertama prosedur metodologis
ilmu-ilmu alam dapat langsung diterapkan pada ilmu-ilmu sosial. Kedua
hasil-hasil riset dapat dirumuskan dalam bentuk hukum-hukum seperti dalam alam,
Ketiga ilmu-ilmu sosial harus bersifat teknis, yaitu mempasilitasi pengetahuan
yang bersifat instrumental murni.
Dengan uraian
dia atas, dapat dijelaskan bahwa perspektif positivisme, ilmu-ilmu menganut
tiga prinsip: bersifat empiris-objektif, deduktif-nomologis, instrument-bebas
nilai. Ketiganya tidak hanya berlaku pada ilmu alam , namun juga berlaku bagi
ilmu sosial, dan inilah konstribusi terbesar dari Comte, yang menghantarkannya
sebagai Bapak Sosiologi Modern.
Hukum
Tiga Tahap
Philosophy Positive, Comte
menjelaskan bahwa munculnya ilmu-ilmu alam tak bisa
dipahami secara lepas dari sejarah perkembangan pengetahuan manusia dari abad ke abad. Sejarah pengetahuan itu
berkembang melalui tiga tahap yaitu Teologi, Metafisis, dan Positif. Hukum tiga
tahap ini merupakan usaha Comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner umat
manusia dari masa primitif sampai pada masa peradaban Prancis abad kesembilan
belas yang sangat maju. Mengenai hukum tiga tahap ini, comte menjelaskan
sebagai berikut:
Dari studi mengenai perkembangan kemapuan manusia, dan
melalui segala zaman, penemuan akan muncul dari suatu hukum yang mendasar. Dan
inilah hukum yang di maksud: setiap konsep
yang paling maju, setiap cabang pengetahuan, secara berurutan melawati tiga
kondisi teori yang berbeda: teologis atau fiktif, abstrak atau metafisik, dan
positif atau ilmiah menurut Doyle Paul Jhonson, Robert MZ.